Jakarta, 30 Juli 2024 – Fakultas Teknik Dirgantara dan Industri (FTDI) Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma (Unsurya) mengadakan Workshop Penyusunan Rencana Pembelajaran Semester (RPS) yang mengakomodir pembelajaran berbasis proyek dan studi kasus pada hari Selasa, 30 Juli 2024. Acara ini dilaksanakan secara daring melalui platform Zoom dan dihadiri oleh 80 peserta, yang terdiri dari dosen-dosen Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma.
Acara ini dibuka dengan sambutan dari Ir. Freddy Franciscus, M.M., IPU, selaku Dekan FTDI, yang menekankan pentingnya penerapan Project Based Learning (PBL) dalam meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan industri. Moderator acara ini adalah Endah Yuniarti, S.Si., M.Si dengan dua narasumber, yaitu Sudra Irawan, S.Pd., M.Sc., Kepala Jurusan Teknik Informatika Politeknik Negeri Batam dan Mufti Arifin, S.T., M.T., Ketua Program Studi Teknik Penerbangan Unsurya.
Materi pertama dibawakan oleh Sudra Irawan, S.Pd., M.Sc., Kepala Jurusan Teknik Informatika Politeknik Negeri Batam. Sudra irawan menjelaskan pemahaman pembelajaran proyek (teambased learning), tahapan implementasi teambased project learning, penyusunan perangkat pembelajaran berbasis proyek (RPS, RPP, dan Rubrik), serta Manajemen PBL dengan industri dan mitra DUDI.
Pertama, Pemahaman Pembelajaran Proyek ini menjelaskan konsep Project Based Learning (PBL). PBL adalah model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, di mana mahasiswa memperoleh kompetensi melalui proyek yang dikerjakan dalam tim dan dibimbing oleh dosen. Project Based Learning (PBL) bersumber dari berbagai kebutuhan yang meliputi kebutuhan internal institusi, pengabdian kepada masyarakat, kompetisi dan lomba, serta kebutuhan eksternal dari dunia industri. Kebutuhan internal mencakup tujuan pembelajaran yang ingin dicapai oleh institusi pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Pengabdian kepada masyarakat mendorong keterlibatan mahasiswa dalam proyek-proyek yang memberikan manfaat langsung kepada masyarakat sekitar. Kompetisi dan lomba memberikan peluang bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu mereka dalam situasi yang menantang dan kompetitif. Sementara itu, kebutuhan eksternal dari dunia industri memastikan bahwa proyek-proyek yang dikerjakan relevan dengan kebutuhan pasar dan dunia kerja, sehingga mahasiswa dapat memperoleh pengalaman praktis yang sesuai dengan tuntutan profesional.
PBL dipilih karena dianggap mampu memenuhi kebutuhan pendidikan abad ke-21 yang memerlukan penguasaan keterampilan dan pendidikan karakter. Model ini melibatkan beberapa mata kuliah dan satu proyek besar selama satu semester, memungkinkan mahasiswa bekerja dalam tim untuk menyelidiki, mengidentifikasi, dan mengeksplorasi sebuah proyek sebagai media pembelajaran. Sudra Irawan juga membahas motivasi penerapan PBL, yang mencakup kebutuhan penguasaan keterampilan abad ke-21, pendidikan karakter, motivasi belajar yang meningkat ketika pembelajaran relevan dengan ekspektasi, metode pembelajaran berbasis pengalaman (portofolio), dan permintaan industri terhadap keterampilan soft-skill calon tenaga kerja. Konsep wheel cycle pada PBL membantu membangun pemahaman yang lebih mendalam serta meningkatkan motivasi dan keterlibatan dalam tim.
Kedua, Tahapan implementasi PBL mencakup keterlibatan dosen dan mahasiswa dalam pembelajaran berbasis proyek, integrasi pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat untuk sinergi dan optimalisasi sumber daya, serta implementasi standar pendidikan dan kurikulum berbasis CDIO (Conceive, Design, Implement, Operate) untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan lulusan. Proses ini dimulai dengan identifikasi proyek; pendaftaran proyek melalui aplikasi online; tinjauan proyek oleh jurusan dan program studi; penentuan manajer proyek; pembagian tim mahasiswa; penyusunan jadwal, kick-off & conceivig project; desain proyek, penyusunan dan persentasi RPP; implementasi proyek, komisioning dan serah terima proyek; dan hingga PBL Expo & hilirisasi hasil proyek.
Ketiga, penyusunan perangkat pembelajaran berbasis proyek. Komponen penting dalam PBL terdapat 3, yaitu Rencana Pembelajaran Semester (RPS), Rencana Pelaksanaan Proyek (RPP), dan Rubrik Penilaian. Perencanaan proses pembelajaran, termasuk metode berbasis proyek, disusun untuk setiap mata kuliah dalam Rencana Pembelajaran Semester (RPS) yang dikembangkan dosen secara mandiri atau bersama kelompok keahlian. Perencanaan pelaksanaan proyek adalah bagian penting dalam PBL, baik dari sudut pandang proyek maupun pembelajaran. Dalam RPP, dinyatakan bagaimana proyek diselesaikan dalam jangka waktu tertentu dan bagaimana mengintegrasikannya dalam proses pembelajaran. Rubrik penilaian mencakup aspek keterampilan belajar, keterampilan hidup, keterampilan literasi, presentasi, dan laporan.
Keempat, Manajemen PBL dengan industri dan mitra DUDI. Manajemen PBL juga melibatkan kolaborasi dengan industri untuk mendapatkan umpan balik dan penyesuaian kurikulum agar sesuai dengan kebutuhan pasar, serta memastikan proyek yang dikerjakan relevan dengan kebutuhan dunia nyata.
Untuk menyusun program yang serupa dengan yang dilakukan oleh Polibatam, langkah awalnya adalah menyusun pedoman Project-Based Learning (PBL) yang mencakup pengertian, penilaian, dan aspek penting lainnya oleh tim kecil antar kepala program studi atau tim kurikulum. Mengubah mindset dosen menjadi tantangan utama, sehingga diperlukan sosialisasi dan penguatan pemahaman melalui pelatihan dan workshop. Implementasi PBL sebaiknya dimulai secara bertahap dengan merancang tema proyek dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk dua mata kuliah terlebih dahulu, kemudian diikuti dengan perbaikan kurikulum agar sesuai dengan kebutuhan pembelajaran berbasis proyek. Selanjutnya, pengembangan sistem PBL yang terintegrasi dengan website akan memudahkan koordinasi, pengelolaan proyek, dan komunikasi antara dosen dan mahasiswa, sehingga pelaksanaan PBL menjadi lebih terorganisir dan mudah diakses oleh semua pihak yang terlibat.
Materi kedua disampaikan oleh Mufti Arifin, S.T., M.T., Kepala Program Studi Teknik Penerbangan Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma. Beliau menjelaskan tujuan program studi Teknik Penerbangan yang dirancang untuk menghasilkan lulusan yang kompeten, siap kerja, dan mampu beradaptasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kurikulum Teknik Penerbangan dievaluasi dan diperbarui secara berkala setiap 4-5 tahun dengan melibatkan pemangku kepentingan internal dan eksternal. Selain itu, beliau juga menekankan pentingnya kompetensi lulusan dalam berbagai bidang seperti perancang pemeliharaan pesawat terbang, perancang bangun pesawat terbang, serta perancang operasional penerbangan.
Di akhir kegiatan, terdapat kuis interaktif yang diadakan untuk para dosen Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma. Kuis ini menambah keseruan dan melibatkan peserta secara aktif, memberikan kesempatan bagi dosen untuk menguji pemahaman mereka terhadap materi yang telah disampaikan selama workshop.
Acara workshop ini diharapkan dapat membantu dosen-dosen Unsurya dalam menyusun RPS yang lebih efektif dan relevan dengan kebutuhan industri, serta mempersiapkan mahasiswa untuk menjadi lulusan yang siap kerja dan mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan industri. Workshop ini merupakan rangkaian program akselerasi penyusunan kurikulum Teknik Penerbangan yang didukung hibah dari Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek). (TP-Ris)