Mengenalkan Science, Technology, Engineering And Mathematics (STEM) Kepada Siswa Sekolah Menengah Dengan Media Lego Education

STEM merupakan singkatan dari sebuah pendekatan pembelajaran interdisiplin antara
Science, Technology, Engineering and Mathematics. Tujuan dari pembelajaran dengan
pendekatan STEM cocok untuk diterapkan pada pembelajaran sekolah menengah yang
subjek dalam pembelajarannya membutuhkan pengetahuan yang komplek. Gonzalez &
Kuenzi (2012) menemukan bahwa STEM memiliki arti pengajaran dan pembelajaran yang
berkaitan dengan bidang Sains, Teknologi, Engineering dan Matematika. Pendekatan STEM tidak hanya dapat dilakukan dalam tingkat pendidikan dasar dan menengah saja, tetapi juga dapat dilaksanakan sampai tingkat kuliah bahkan sampai jenjang postdoctoral. Manfaat dari pembelajaran STEM yang berkelanjutan sebaiknya mulai ditunjukkan oleh pendidikan sejak dini dan pada tahap peserta didik sudah mampu mengkombinasikan antara pengetahuan kognitif dan psikomotorik. Penggunaan pendekatan STEM dalam bidang pendidikan memiliki
tujuan untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat bersaing dan siap untuk bekerja sesuai bidang yang ditekuninya. Pada masa pendidikan sekolah menengah atas program ilmu alam, peserta didik sebaiknya disiapkan untuk dilatih dalam menggunakan segala sumber daya yang dimiliki. Bekal ini ini selanjutnya digunakan peserta didik setelah menempuh jenjang pendidikan SMA. White (2010) menyatakan bahwa pendekatan STEM dalam pembelajaran akan memberikan pengenalan yang bagi peserta didik pasca melewati masa sekolah. Pengenalan ini sangat bermanfaat bagi peserta didik dalam melanjutkan pendidikan pada tingkat universitas baik itu untuk ilmu murni maupun pada pendidikan sains terapan. Berdasarkan data survei yang dilakukan secara global di lima Negara (United States, German, Russia, China, dan Japan) oleh The Harris Poll atas nama LEGO® Education mulai
6 – 28 Februari 2019, di antara 5.002 siswa, 5.001 orang tua, dan 1.152 guru. Kesimpulan yang didapat dari hasil survey tersebut ialah “Siswa kurang percaya diri di sekolah, terutama dalam mata pelajaran STEAM”. Kekurangan ini menjadi perhatian oleh siswa, guru, dan orangtua. Kepercayaan diri adalah pola pikir: untuk mengeksplorasi dan mengambil risiko dengan kuat, keyakinan positif dalam kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan. Hal ini
mendorong kemauan untuk mencoba sesuatu yang baru, untuk merangkul proses belajar dan bekerja guna mencapai penguasaan dalam topik tertentu. Hal itu membangun kepercayaan dalam mengetahui bahwa kegagalan adalah bagian dari pembelajaran itu sendiri. Tugas bagi para pendidik adalah untuk membantu siswa membangun masa depan mereka. Pendidik harus menerapkan strategi yang bervariasi serta alat untuk menjamin siswa mereka memiliki keyakinan dalam kemampuan mereka untuk belajar dan memperoleh keterampilan yang
diperlukan untuk kebutuhan dunia saat ini. Tantangan dari seorang pendidik adalah menyediakan sebuah sistem pendidikan yang menciptakan kesempatan kepada peserta didik untuk menghubungkan antara pengetahuan dan keterampilan sehingga menjadi familiar bagi setiap peserta didik. Kesempatan tidak akan tercipta jika pengetahuan dan keterampilan dipisahkan dalam suatu proses pembelajaran.
Sebuah artikel terbaru oleh Saga Briggs mencatat bahwa kepercayaan diri siswa dapat mempengaruhi kinerja sebanyak 12 persen. Kepercayaan diri siswa dalam kemampuan mereka untuk belajar dan memecahkan masalah adalah kunci menentukan performa pendidikan. Bahkan, rasa percaya diri, sering didefinisikan sebagai self-efficacy, tampaknya menjadi prediktor yang lebih penting dibandingkan prestasi akademik daripada harga diri. Itu
berarti bahwa membangun rasa percaya diri adalah komponen kunci dari keberhasilan akademis dan seumur hidup. Jadi bagaimana kita mengolah rasa percaya diri ini pada siswa sedemikian rupa sehingga mereka merangkul trial and error, memecahkan tantangan besar atau kecil dan menyambut proses belajar.
Melalui Hands-on Learning (Belajar Sambil Praktik atau Belajar Langsung), siswa mampu menyerap pengalaman dunia nyata dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Siswa membangun kepercayaan diri karena mereka mampu bekerja dengan ide-ide, merefleksikan pengalaman mereka dan menerapkan upaya menjadi apa yang mereka buat.
Berdasarkan latar belakang maka Fakultas Teknologi Kedirgantaraan ingin mengambil bagian dalam pengenalan Science, Technology, Engineering and Mathematics bagi siswa sekolah menengah agar mempersiapkan mereka melanjutkan pendidikan ataupun yang akan bekerja pada industri. Pada Mitra yang pertama yaitu Pondok Pesantren Sya’airullah Bekasi, dilaksanakan pada hari Selasa, 10 Desember 2019 dengan peserta adalah siswa dan siswa SMA Sya’airullah. Hari kedua yaitu hari Rabu, 11 Desember 2019, dengan peserta adalah
siswa dan siswa SMP Sya’airullah Bekasi. Pada Mitra yang kedua adalah SMKN 08 Bekasi, juga terbagi jadi dua hari yaitu hari pertama Jumat, 13 Desember 2019, dengan peserta adalah siswa dan siswi jurusan Airframe Powerplant kelas XI. Pada hari kedua, Sabtu, 14 desember 2019 pesertanya adalah siswa dan siswi jurusan Airframe Powerplant kelas X. Kegiatanya adalah mengajarkan konsep dan penggunaan Pulley, Gear & Screw, serta
mengajarkan konsep dengan membuat model The Walker sehingga capaian pembelajarannya adalah siswa dapat memahami konsep dan penggunaan Structures, Wheel & Axle dan siswa memahami dan mengeksplorasi konsep Gear, Levers, Linkages, Ratchet, Force, Friction dan mengukur waktu. Siswa diarahkan untuk membentuk kelompok-kelompok kecil, dimana setiap kelompok berisi sekitar 4-8 siswa, kemudian tiap kelompok diberikan 1
set lego education, buku panduan serta work sheet. Siswa dibekali panduan penyusunan serta pengisian work sheet dengan mengamati fenomena atau gaya-gaya fisika yang terjadi.

DAFTAR PUSTAKA
Gonzalez, H.B. & Kuenzi, J.J., 2012, Science, Technology, engineering and Mathematics (STEM) Education: A Primer, Congressional Research Service.
White, D.W., 2010, What Is STEM Education and Why Is It Important?, Florida Association of Teacher Educators Journal, Volume 1 Number 14 2014 1-9, http://www.fate1.org/journals/2014/white.pdf
Briggs, Saga, 2014, Why Self-Esteem Hurts Learning But Self-Confidence Does The Opposite, https://www.opencolleges.edu.au/informed/features/self-efficacy-and-learning, diakses pada 8 Agustus 2019
The Harris Poll, 2019, Harris Insights & Analytics, A Stagwell LLC Company, Confidence in Learning Poll, Lego Education

 

By : Endah Yuniarti

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

For security, use of Google's reCAPTCHA service is required which is subject to the Google Privacy Policy and Terms of Use.

I agree to these terms.